Harga Komoditi Perkebunan di Tanjabbar Anjlok, Petani Inginkan Campur Tangan Pemerintah


Selasa, 31 Juli 2018 - 14:13:03 WIB - Dibaca: 1476 kali

Petani Kelapa sedang Mengupas Kelapa Hasil Panennya.(ilustrasi/net) / HALOSUMATERA.COM

KUALATUNGKAL - ‎Harga komoditi perkebunan di tingkat penampung dan tengkulak merosot. Hal ini membuat petani lesu dan kehilangan omset.

Komoditi perkebunan yang mengalami penurunan harga jual seperti Kelapa Sawit, pinang, kelapa dan kopi. 

Dari informasi yang diperoleh, untuk harga TBS mengalami penurunan sebesar 200 rupiah per kilogramnya, dari Rp 800/ kg, kini cuma dihargai Rp 600 di tingkat petani. Harga pinang, dari 10.500 /kg turun menjadi Rp 8.000. Sementara harga kopi, ‎dari 40 ribu kini menjadi 28.000/ kilogramnya. Begitu juga kelapa, per butirnya diharga Rp 800.

‎Solikin, salah seorang petani di Kecamatan Betara menyebutkan jika anjloknya harga komoditi ini menjadi pukulan telak bagi petani.

Tidak ada yang bisa dilakukan, selain pasrah dan menerima apa adanya. Petani di wilayahnya sangat berharap campur tangan pemerintah menstabilkan harga komoditi perkebunan.

"Harga jual hasil perkebunan ini tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan," ungkapnya.

‎Bapak tiga anak ini menambahkan jika penurunan harga perkebunan ini berbanding terbalik dengan harga ayam dan telur yang justru mengalami kenaikan harga.

"Jangankan untuk sehari-hari, untuk menutupi biaya produksi saja kita pusing 7 keliling,"tukasnya.

‎Hal senada juga diungkapnya Yumi (66) warga Kelurahan Mekar Jaya. Meski mengaku sangat terpukul dengan anjlok harga hasil perkebunan, dirinya tetap melakukan pemanenan.

"Meski harga sangat rendah, tapi tetap harus dipanen. ‎Ya, ibaratnya seperti buah simalakama. ,"ucapnya singkat.

Endang, petani kelapa yang memiliki kebun di Seberang Kota juga mengeluhkan hal sama. Beberapa hari yang lalu dia mengaku menjual kelapa bulat yang telah dikupas sabutnya, seharga Rp 800 per butir.

"Jauh selisihnya, dulu bisa sampai Rp 2.000 an. Kalau dicongkel memang harga tinggi, tapi biaya operasionalnya besar. Hitungan sama saja, mending jual kelapa bulat," kata Endang.

Endang juga mengaku heran, harga jual komoditi pertanian di Tanjabbar sewaktu-waktu dengan mudah berubah, sementara harga yang ditetapkan pemerintah bisa lebih dari itu.

"Tolong kepada pemerintah untuk bisa membantu petani mendongkrak harga jual komoditi perkebunan," tambahnya.(*/edis)

Editor : Andri Damanik

 




Komentar Anda



Terkini Lainnya

Gubernur Al Haris Tutup Hari Krida Pertanian ke-52 Tingkat Provinsi Jambi Tahun 2024

JAMBI - Gubernur Jambi, Al Haris, secara resmi menutup kegiatan Hari Krida Pertanian (HKP) ke-52 tingkat Provinsi Jambi yang berlangsung di arena ex-MTQ Kabupat

Advertorial

Gubernur Jambi Al Haris Pimpin Peringatan HUT ke-79 PGRI dan HGN 2024 di Tebo

JAMBI - Gubernur Jambi Al Haris menghadiri dan memimpin peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) sekaligus Hari Guru Nas

Advertorial

Gubernur Al Haris Tegaskan Pentingnya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

JAMBI - Gubernur Jambi Dr. H. Al Haris, S.Sos, MH menegaskan pentingnya peningkatan kualitas pelayanan publik di Provinsi Jambi. Pernyataan ini disampaikannya s

Advertorial

Sopir BNI Kualatungkal Dipecat Sepihak, Diduga Masalah Sepele

TANJABBAR - Supervisor Bank Negara Indonesia (BNI) Cabang Kuala Tungkal di Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar), diduga memecat salah seorangĀ  Karyawan k

Berita Daerah

IJTI Kecam Arogansi Oknum Kadis Koperindag Tanjabbar, Beri Waktu 24 Jam untuk Klarifikasi

TANJABBAR - Pengurus Daerah Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Provinsi Jambi, sangat mengencam atas tindakan arogan oleh oknum Kadis Koperindag Tanjabba

Berita Daerah


Advertisement