Menelusuri Perdagangan Barang Bekas di Kualatungkal

Kota Kerang Ini Tak Sebebas Era 1990-an


Senin, 09 Maret 2015 - 11:32:42 WIB - Dibaca: 2774 kali

Potret Kota Kualatungkal (ilustrasi/net) / HALOSUMATERA.COM



HABIS terang terbitlah gelap. Kiasan ini mungkin pantas disandang Kota Kerang yang terletak di Pantai Timur Provinsi Jambi. Di saat Tanjungjabung digelar pelabuhan terbuka pada 1997 silam, barang bekas kian menjamur. Sejak diterbitkannya Permendag Nomor 44/M-DAG/Per/12/2008  dan diperbahurui lagi dengan Permendag No 56/M-DAG/Per/12/2008 tentang ketentuan impor produk tertentu  kota ini sepi dengan barang murah meriah eks Singapura.


Oleh: Andri Damanik

Kualatungkal salah satu kota kecil di Provinsi Jambi. Selain memiliki potensi perkebunan dan migas, Tanjabbar sempat tenar di era 1990-an, yakni dengan barang bekas (PJ,red). Kala itu, warga dari luar daerah berbondong-bondong mengunjungi kota di tepi Sungai Pengabuan ini, hanya untuk membeli barang bekas eks Singapura. Kini, barang bekas tak menjamur seperti dulu.

Kota bahari ini sempat terkenal di tahun 1997. Pada waktu itu, Departemen Perhubungan secara resmi menunjuk Pelabuhan Kualatungkal sebagai pelabuhan terbuka. Ternyata, seiring berjalannya waktu, kota yang terkenal dengan pasar PJ itu  tenggelam setelah Menteri Perdagangan menerbitkan Permendag Nomor 44/M-DAG/Per/12/2008  dan diperbahurui lagi dengan Permendag No 56/M-DAG/Per/12/2008 tentang ketentuan impor produk tertentu.

Diterbitkannya peraturan menteri perdagangan tersebut secara tidak langsung mematikan perekonomian di Kota Kualatungkal. Impor produk tertentu diantaranya, makanan dan minuman, alas kaki, pakaian jadi, mainan anak-anak dan elektronika hanya diperbolehkan masuk melalui lima pelabuhan laut tertentu dan seluruh pelabuhan udara Internasional.

Kendati demikian, pedagang barang bekas yang berada di Parit Satu masih bisa tersenyum. Pasar Parit Satu dan Jalan Pelabuhan merupakan sentra penjualan barang bekas dari Singapura dan Malaysia. Mulai dari pakaian bekas hingga barang elektonika dapat dijumpai di lokasi ini. Pembeli berdatangan dari luar kota, hingga luar Provinsi. Dahulu, harga PJ (sebutan barang bekas) masih terjangkau dan menjadi bisnis yang menjanjikan. Sekarang, harga PJ sudah menyamai harga jual barang baru. Disamping itu, PJ tidak bisa masuk sebebas tahun 90-an, tersandung kebijakan Departemen Perdagangan.

Said, salah satu pedagang Pakaian Bekas di jalan Pelabuhan beberapa waktu lalu mengatakan, bisnis pakaian bekas tidak begitu menggiurkan bila dibandingkan 18 tahun yang lalu. Saat ini, ia belanja barang PJ dari tembilahan dengan harga beli dua kali lebih besar dari sebelumnya. Seperti jacket kulit, satu Bal-nya bisa dihargai Rp 14 juta.

“Kalau dulu harga satu Balnya hanya Rp 6 juta – Rp 7 juta. Kita masih bisa dapat untung,” kata Said.

Pembeli juga tidak bejibun seperti dulu. Selain harga jual yang tinggi, model-model pakaian tidak begitu menarik pembeli. “Mau tidak mau kita harus naikkan harga jual, karena modal saja sudah besar. Kita tidak ambil dari kapal lagi, tapi mesan dari Tembilahan, Kepri. Sistem pembayaran melalui rekening. Kita transfer dulu, baru barang dikirim,” ujar lelaki yang sudah 20 tahun berjualan pakaian bekas ini.

Pakaian bekas yang dijualnya pada tahun 1997 ke atas tidak hanya buatan Singapura dan Malaysia. Produk jepang dan korea banyak dijualnya dengan kualitas menyamai pakaian jadi. “Tentunya harganya masih terjangkau pembeli. Kitapun beli barang bisa dibayar di belakang. Satu hari buka bal, bisa habis laku terjual. Kalau sekarang, putaran duitnya bisa sampai tiga bulan,” keluhnya.

Sepi Pengunjung

SECARA terpisah, Marnus, pedagang kipas angin bekas di Jalan Parit Satu mengeluhkan sepinya pengunjung. Ia membeli kipas angin bekas melalui ABK yang berangkat ke Singapura dan Malaysia. Ia merupakan pihak ketiga dari transaksi jual beli PJ ini.

“Saya bayar uangnya ke perantara. Orang itu yang mesankan ke ABK. Setelah barang datang, baru dijemput,” kata Marnus.

Putaran modal dari penjualan kipas angin bekas terbilang lambat. Selain sepinya pembeli, ia tidak memiliki pelanggan khusus dari dalam kota maupun luar kota. Sementara modal penjualan tidak bisa dipastikan, karena setiap barang yang masuk tidak semuanya bisa dipakai.

“Misalnya, dari 50 kipas angin yang saya pesan, paling banyak 30 kipas yang bisa dipakai. Makanya, modal saya dihitung dari 30 kipas angin yang bagus itu,” jelasnya.

Harga jual kipas angin bekas bervariasi, mulai dari Rp 150 ribu sampai dengan Rp 300  ribu. Seperti kipas angin model tegak, dijualnya dengan harga Rp 180 ribu. Kipas angin model gantung harganya hampir sama dengan kipas angin tegak, di kisaran Rp 150 ribu – Rp.200 ribu.

“Kalau modelnya bagus bisa sampai Rp 300 ribu,” tuturnya lagi.

Dalam seminggu belum tentu kipas anginnya laku terjual. Begitu juga dengan jadwal belanja barang, tidak bisa dipastikan. “Kadang-kadang bisa sampai tiga bulan baru mesan barang. Karena jadwal pemberangkatan ABK juga tidak tentu.

Disaat ABK berangkat, kipas angin belum semuanya terjual, jadi kita belum bisa belanja. Itu masalahnya, tidak semudah dulu waktu kapal masih bebas bawa barang luar,” ujarnya.(*)







Komentar Anda



Terkini Lainnya

Rafli Kaget Didatangi Lurah, Ketua RT dan Pol PP, Hanya Karena Bangun Garasi Kayu di Jalur Hijau

TANJABBAR - Rafli Kurniato F, S.T warga RT 08 Kelurahan Patunas, Kecamatan Tungkal Ilir, kaget didatangi 10 anggota Pol PP Tanjabbar dan Lurah setempat, Rabu 25

Berita Daerah

Hasil Pleno Pemilu Gubernur Papua Tengah, MEGE Unggul dengan 532.481 Suara

PAPUATENGAH - Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Papua Tengah Meki Nawipa dan Denias Geley (MEGE) semakin kuat menuju orang Nomor 01 di Papua Tengah. Pa

Pilkada 2024

Pemasangan Median Jalan di Sipin Ujung Disoal Warga, Pedagang Akan Sepi Pembeli

JAMBI – Pedagang di sekitar Jalan Sumantri Bojonegoro, Sipin Ujung, Kota Jambi menolak pemasangan Media Jalan yang dinilai merugikan pedagang. Disamping mempe

Berita Daerah

Bupati Tanjabbar Konsultasi ke Bappenas RI, Ini Agenda Pentingnya

JAKARTA - Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat konsultasi dan koordinasi ke Bappenas RI dalam rangka penyampaian penyampaian proposal pengajuan Dana Alokas

Advertorial

Study Tiru ke Kota Barabai, Bupati Tanjabbar: Untuk Pengembangan UMKM dan Pemasaran Global

BARABAI - Bupati Tanjung Jabung Barat, Drs. H. Anwar Sadat, M.Ag., bersama Ketua TP-PKK, Hj. Fadhilah Sadat, melakukan kunjungan kerja ke Kota Barabai, Kabupate

Advertorial


Advertisement