Dilema Petani Pinang Tanjabbar, Harga Kian Anjlok


Selasa, 07 Agustus 2018 - 12:07:37 WIB - Dibaca: 2199 kali

HALOSUMATERA.COM / HALOSUMATERA.COM

KUALATUNGKAL - Prihatin, harga pinang di tingkat petani kian anjlok. Posisi terakhir, dari Rp 8.000 per kilo turun drastis di posisi Rp 5.000 per kilo. Kondisi ini membuat petani pasrah dan berharap ada campur tangan pemerintah. 

Seperti dituturkan, Salah satu petani di Sungai Gebar Kecamatan Kualabetara, Abdul, semenjak bulan puasa harga jual buah pinang di kalangan petani terus menurun.

"Biasanya memang harga pinang turun pas bulan puasa atau mendekati lebaran itu pun paling murah dihargai Rp 8.000 perkilo. Dan biasanya setelah habis lebaran harga pinang kembali normal di kisaran Rp 10.000 dan bisa naik sampai Rp 14 atau 15 ribu perkilo," tegasnya. 

Tahun ini kata dia, anjloknya harga pinang dikalangan petani dinilai luar biasa. Tidak mengalami kenaikan yang signifikan bahkan terus merosot.    

Hal senada diungkapkan Hendra salah satu petani pinang, anjloknya harga pinang di kalangan petani terparah terjadi pada tahun 2010. hampir seluruh petani putus asa. kondisi saat itu nyaris serupa dengan penurunan harga pinang yang terjadi saat ini. 

Bedanya, harga jual saat itu masih sebanding dengan harga kebutuhan bahan pokok yang harus dipenuhi petani sehari hari. Sedang kini petani harus dibebankan dengan kebutuhan pokok yang sangat tinggi

" Penurunan harga pinang saat ini berbanding terbalik. Dengan naiknya harga kebutuhan bahan pokok yang terus melambung, untuk beli lauk telur ayam aja dak cukup, yang enak tu pegawai, gajinya di tambah Terus. " tukasnya. 

Salah satu tengkulak yang enggan disebut namanya mengatakan, pembelian harga di kalangan petani terpaksa diturunkan dari harga normal. Pasalnya pihak tengkulak tidak mau menanggung kerugian. 

"Toke ngambil harga murah, makanya kami juga tidak berani ambil harga mahal, paling kami berani ambil untung Rp 1.000 hingga Rp 2.000, malahan kadang bisa tekor, " tukasnya singkat.

Sebelumnya, Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan, Ir Melamar Bangun mengatakan, harga komoditi perkebunan yang diawasi pergeseran ya hanya TBS dan Karet. Selebihnya, disesuaikan dengan permintaan pasar luar negeri.

Kata Melam, pihaknya pernah mengusulkan ke pusat agar harga komoditi perkebunan diatur dan diawasi, agar tidak merugikan petani. Hanya saja, usulan itu tidak terealisasi.

"Yang diawasi itu harga TBS dan Karet, selebihnya tidak. Itulah kendalanya, selalu naik turun harga pinang, kelapa dan kopi. Tergantung permintaan pasar. Kalau petani kompak, dengan bertahan di harga tinggi, takutnya tidak ada yang beli," tandasnya. (*/her)

Editor : Andri Damanik




Komentar Anda



Terkini Lainnya

Hasil Pengecekan Tim Gabungan, SPPG Polda Jambi Memenuhi Standar Operasional

JAMBI – Tim dari BPOM Provinsi Jambi, Dinas Kesehatan Kota Jambi dan BGN Provinsi Jambi mengecek Dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Polda Jambi, Sen

Berita Daerah

Penyaluran Pupuk Subsidi dengan Slogan TEPAT dan PUPUKKU

JAMBI – Pemerintah Provinsi Jambi terus mengawasi pendistribusian dan mencegah penyalahgunaannya di Provinsi Jambi. Dengan tagine “Tepat” yakn

Berita Daerah

Dua Oknum Guru SMAN 4 Tanjabtim Dilaporkan ke PGRI dan Disdik Provinsi Jambi

JAMBI- Dua orang oknum guru di SMA Negeri 4 Tanjung Jabung Timur resmi dilaporkan ke Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Provinsi Jambi dan Dinas Pendidika

Berita Daerah

Ketika Demokrasi Melemah, Politik Hukum Ikut Tersandera

Dalam beberapa tahun terakhir, wajah politik hukum Indonesia memperlihatkan arah yang mengkhawatirkan. Di tengah sistem demokrasi yang seharusnya menjamin parti

Opini

Ketua DPRD Muaro Jambi Sebut Secara Struktural dan SDM Perumda Tirta Muaro Jambi Kurang Baik

MUARO JAMBI – Ketua DPRD Muaro Jambi Aidi Hatta, S.Ag memberikan tanggapannya terkait pelayanan Perumda Tirta Muaro Jambi yang kerab dikeluhkan masyarakat

Berita Daerah


Advertisement