Gajah di Taman Rimba Ini Mati, Hasil Diagnosa Akibat Bakteri Tetanus


Minggu, 11 Oktober 2020 - WIB - Dibaca: 1069 kali

Yanti, Mati di Taman Rimba Jambi. / HALOSUMATERA.COM

JAMBI (halosumatera.com) – Gajah betina Sumatera yang berumur sekitar 38 tahun bernama Yanti di Taman Rimba Jambi mati pada Kamis (8/10/2020) lalu sekitar 10.15 WIB.

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi, Rahmad Saleh menjelaskan kronologis kematian yakni Pada hari senin seperti biasa gajah (yanti) digembalakan sekitar areal Kebun Binatang bagian depan dan sore harinya kembali ke kandang dalam kondisi baik, tidak memperlihatkan gejala lain yang mencurigakan (diawasi Mahout).

Kersokan harinya (Selasa 6 Oktober 2020) sekitar pukul 12.30 Wib mahout mengamati ada gejala yang tidak biasanya yaitu ketidakmampuan untuk memasukan makanan kedalam mulutnya, kemudian mahout berkoordinasi dengan tim medis, dari pengamatan terlihat ada pembengkakan di pangkal belalai.

“Tim medis (Mahout dan keeper) terus melakukan observasi dimana Yanti belum mampu mangangkat makananannya sendiri sehingga dilakukan pertolongan (menyuapi makanan) dan pada sore hari sekitar pukul 18.00 Wib gajah yanti mulai berbaring namun masih dapat berdiri seperti biasa,”ujarnya, saat konferensi pers, Jumat (9/10/2020) kemarin.

Disampaikan Rahmad, malam harinya tim medis (Mahout dan keeper ) terus melakukan observasi dan sekitar pukul 22.30 Wib gajah Yanti terbaring dan tidak mampu berdiri hanya bisa menggerakkan kakinya. Kemudian, tim medis melakukan tindakan medis dengan pemberian terapi cairan (infus) serta pemberian obat-obatan.

Pada Rabu 7 Oktober 2020 jam 02.00 pagi hasil obervasi tim medis (Mahout dan keeper ) kondisi gajah Yanti semakin melemah, hal ini ditandai dengan upaya pergerakan kaki semakin berkurang, selanjutnya dilakukan upaya pemberian pakan yang sudah dibelender melalui selang.

“Terapi cairan/infus dan obat-obatan tetap dilaksanakan dan kemudian dilakukan pengambilan sampel Laboratorium (darah) sebagai upaya peneguhan Diagnosa Penyakit,” jelasnya.

Sekitar pukul 18.00 Wib hasil pemeriksaan darah pertama keluar dengan hasil hemoglobin rendah, dan pukul 20.00 Wib hasil pemeriksaan darah kedua dengan hasil, keratin kinase tinggi.

Pada hari Kamis tanggal 8 Oktober 2020 sekitar pukul 08.00 Wib perkembangan kondisi kesehatan gajah yanti semakin menurun yang ditandai dengan ketidakmampuan menelan makanan, gigi mulai merapat, dagu dan rahang kaku (logjaw) dan kesadaran melemah.

Sekitar pukul 09.45 Wib kondisi gajah yanti semakin menurun terjadi dehidrasi akut sehingga tim medis melakukan tindakan pemberian cairan melalui anus (rectum) sebanyak 19 liter.

“Sekitar pukul 10.15 Wib, Kamis 8 Oktober 2020 gajah yanti mati,” tuturnya.

Riwayat Sakit dan Penanganan

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi, Rahmad Saleh mengatakan, Yanti pernah mengalami sakit, sekitar Agustus 2020. Hanya saja, Yanti sempat normal kembali, tidak ada gejala mengalami sakit akut.

“Yanti ini juga sempat sakit juga pada bulan Agustus 2020, namun pada saat itu sembuh,” sebutnya.

Rahmad menjelaskan kronologis Yanti sakit pada Agustus lalu. Persisnya pada Selasa 11 Agustus 2020 pukul 16.00 Wib, gajah selesai digembala di lapangan depan kebun binatang, setelah itu ketika pulang ke kandang, Yanti mengeluarkan buih dari rongga mulut disertai kondisi gajah yang tidak mau makan dan terlihat lemas.

Pada pukul 19.00 wib gajah diberikan pakan pepaya, semangka, pisang dan air kelapa sebanyak kurang lebih 10 liter.

Pada pukul 21.00 Wib diberikan terapi cairan. Pada pukul 21.35 Wib gajah sudah mengeluarkan urin dan feses secara normal, terapi selesai pada pukul 04.05 pada hari Rabu 12 Agustus 2020. Dan gajah sudah terlihat normal dan semakin membaik.

Sementara itu, Dokter Hewan, Wisnu Wardana menyampaikan gajah mati disebabkan oleh racun atau bakteri dari penyakit tetanus karena terjadinya logjaw atau penguncian dagu.

“Seharusnya mulut gajah itu terbuka, akan tetapi mulutnya ini merapat, Logjaw ini sering terjadi pada penyakit tetanus,” jelas drh. Wisnu.

Dijelaskannya, pihaknya sudah melakukan berbagai upaya medis terhadap gajah Yanti dan menghabiskan 130 botol infus namun, tidak bisa tertolong lagi.

Kemudian, pihaknya melakukan otopsi terhadap bangkai gajah tersebut. “Hasil otopsi, otot jantung, hati, ginjal, gajah terjadi pembengkakan,” sebutnya. (*/HS)




Komentar Anda



Terkini Lainnya

Bupati Tanjab Barat Tegaskan Komitmen Tingkatkan Pelayanan Publik

TANJABBAR – Bupati Tanjung Jabung Barat, Drs. H. Anwar Sadat, M.Ag, menegaskan komitmennya untuk terus meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelayanan publik

Advertorial

Bupati Tanjabbar Terima Audiensi Universitas Dinamika Bangsa, Bahas Peningkatan SDM dan Pendampingan

TANJABBAR - Bupati Tanjung Jabung Barat, Drs. H. Anwar Sadat, M.Ag., menerima kunjungan silaturahmi dan audiensi dari Universitas Dinamika Bangsa (UNAMA) dalam

Advertorial

Bupati Tanjab Barat Anwar Sadat Kunjungi Warga Kurang Mampu di Desa Teluk Sialang

TANJABBAR –  "Kita tidak hanya hadir melihat, tetapi juga memastikan bantuan nyata diberikan. Masyarakat harus tahu bahwa pemerintah hadir untuk mereka," uja

Advertorial

Pemkab Tanjab Barat Sepakati Apraisal Ulang Lahan RSUD Surya Khairuddin Merlung Milik Warga

TANJABBAR – Wakil Bupati Tanjung Jabung Barat, Dr. H. Katamso, SA., SE., ME., memimpin rapat penyelesaian permasalahan keterpakaian lahan milik warga atas nam

Advertorial

Bupati Anwar Sadat Buka Acara Kajanglako Ke XIII Kuala Tungkal

TANJABBAR - Bupati Tanjung Jabung Barat Drs. H. Anwar Sadat, M. Ag membuka secara resmi kegiatan Kajanglako Ke XIII Kuala Tungkal dengan tema "Bevespa Besame",

Advertorial


Advertisement