Wajah kusut, lesu seolah tak bersemangat. Pria paruh baya ini sedang menunggu penumpang, di kursi panjang, Dermaga Ampera. Sesekali dia menoleh ke kanan dan ke kiri, nyatanya penumpang yang ditunggu tak kunjung datang.
Andri Damanik, Kualatungkal
Siang itu, Nurdin (64) tengah duduk bersama rekan seprofesinya. Ia begitu gelisah, menunggu penumpang yang ingin menyebarang. Sialnya, air sungai pengabuan sedang surut. Puluhan pompong kandas di lumpur Pengabuan. Lelaki yang sudah 20 tahun sebagai tukang pompong ini ternyata belum menerima sepeserpun dari penumpang.
Nurdin tinggal di Jalan Bengkinang saat ini. Ia mulai kerja pada subuh hari hingga Pukul 17.00 wib. Setiap hari ia jarang absen, karena pekerjaan ini sudah dilakoninya puluhan tahun. Kerja sampingan juga tidak ada, sementara istri ikut serta mencari rejeki dengan menjual kue ke warung-warung.
“Sudah dua puluh tahun saya narik pompong. Penghasilan sekarang tidak nentu. Kadang dapat kadang tidak ada yang dibawa pulang,” kata Nurdin.
Dengan topi kumalnya, siapa yang tak kenal Nurdin. Ia orang lama di pelabuhan Ampera. Saat ini, kata dia, dari 200 penarik pompong kini tinggal 30 orang yang aktif tergabung dalam persatuan “Tambang Kayuh Baimbai”.
Ongkos per penumpang masih standar. Kalau penumpang sepi, ongkos menyebarang rata-rata Rp.5000. “Kalau yang berangkat sampai 10 orang, ongkos per orang hanya Rp.3000. Tapi sekarang penumpang sepi,” kata dia.
Penarik pompong lainnya banyak beralih profesi. Mereka lebih memilih mencari kerja sampingan. Ada yang beralih ke Nelayan, bahkan ada juga berkebun. “Kalau saya tidak ada lagi kerja sampingan. Sudah 20 tahun saya lakoni. Mudah-mudahan selama ini saya bisa nyekolahkan anak-anak dan ngasih makan keluarga,” tuturnya.
Nurdin sebelum melakoni penarik pompong, ia berkebun di Desa Parit Pudin. Lelaki berdarah Banjar ini akhirnya menjual kebun untuk membangun rumah di jalan Bengkinang. Ia pun bergabung dengan ratusan penarik pompong di pelabuhan Ampera.
Nurdin menuturkan, harga pompong lengkap dengan mesin bisa mencapai Rp 7 juta. Harga pompong saja dijual Rp 2 Juta. Sedangkan mesin dan baling-baling mencapai Rp.5 juta. Lain lagi upah pasangnya.
“Habis lah tujuh juta lebih modal awal. Apalagi sekarang, harga pompong lagi mahal-mahalnya, karena kayu sulit didapat,” kata bapak lima orang anak ini.
Suami Siti Rohanah ini mengatakan, pompong miliknya hanya bertonase 800 kg. Jumlah penumpang yang dibawapun terbatas. Jika gelombang laut normal, pompong miliknya mampu mengangkut 10 penumpang.
“Kalau gelombang kuat, paling banyak hanya 8 orang. Kalau lebih bisa bahaya. Sekarang tidak menentu, kadang ada kadang tidak. Apalagi, harga pinang turun, jadi banyak warga diseberang yang tidak turun ke Tungkal. Itu pengaruhnya,” jelasnya.
Selain itu, pasang surut air laut juga mempengaruhi omset penarik pompong. Saat ini, katanya, air surut mulai dari subuh hingga sore. Jelas, mereka harus jelih memarkirkan pompongnya.
“Kalau musim surut, jangan nambat pompong terlalu menjorok ke darat. Karena kalau surut ga bisa keluar. Seperti sekarang ini, pompong saya terlalu ke tepi, jadi gak bisa keluar karena air surut. Sehari ini belum dapat uang masuk,” celetuk Nurdin polos.
Nurdin hanya mampu menarik pompong hingga sore. Dengan usia lebih setengah Abad, ia tidak sanggup membawa penumpang menyeberang pada malam hari. “Sudah tidak kuat kayak dulu lagi, padahal kalau malam lumayan banyak penumpang. Tapi mau gimana, badan sudah tidak kuat lagi,” timpalnya.(***)
JAMBI - Gubernur Jambi, Al Haris, secara resmi menutup kegiatan Hari Krida Pertanian (HKP) ke-52 tingkat Provinsi Jambi yang berlangsung di arena ex-MTQ Kabupat
JAMBI - Gubernur Jambi Al Haris menghadiri dan memimpin peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) sekaligus Hari Guru Nas
JAMBI - Gubernur Jambi Dr. H. Al Haris, S.Sos, MH menegaskan pentingnya peningkatan kualitas pelayanan publik di Provinsi Jambi. Pernyataan ini disampaikannya s
TANJABBAR - Supervisor Bank Negara Indonesia (BNI) Cabang Kuala Tungkal di Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar), diduga memecat salah seorangĀ Karyawan k
TANJABBAR - Pengurus Daerah Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Provinsi Jambi, sangat mengencam atas tindakan arogan oleh oknum Kadis Koperindag Tanjabba