Memupuk Toleransi di Tengah Keberagaman SARA


Kamis, 08 Desember 2022 - 16:24:09 WIB - Dibaca: 631 kali

HALOSUMATERA.COM / HALOSUMATERA.COM

Pada dasarnya semua bangsa di dunia bersifat multikultural. Adanya masyarakat multikultural memberikan nilai tambah bagi bangsa tersebut. Keragaman ras, etnis, suku ataupun agama menjadi karakteristik tersendiri, sebagaimana bangsa Indonesia yang disebut negara mulitikultural yang disatukan oleh Bhineka Tunggal Ika yang bermakna meskipun beranekaragam yang pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap merupakan satu kesatuan.

Oleh: Christina Adelina Tampubolon Mahasiswi UNJA Prodi Ilmu Kehutanan

Faktor-faktor penyebab timbulnya masyarakat yang multikultural adalah keadaan geografis, pengaruh kebudayaan asing, perkawinan campur dan juga iklim yang berbeda. Indonesia, sebagai sebuah negara yang kaya akan khazanah budaya. 

Dilihat dari keadaan geografis Indonesia, terdapat beribu-ribu pulau berjajar dari ujung barat sampai ujung timur, mulai dari Sumatera hingga Papua yang setiap pulau memiliki suku bangsa, etnis, agama dan ras masing-masing.

Semua masyarakat Indonesia seharusnya bangga akan kayanya perbedaan akan tetapi dengan adanya sekelompok orang intoleransi yang bersikap egois dengan enggan mendengarkan orang lain dan hanya ingin kelompoknya didengarkan, kelompok intoleransi seperti ini dapat menjadi ancaman besar bagi negara.

Terbukti, selama sepuluh tahun terakhir ini masih ada saja peristiwa- peristiwa yang berakhir tragis, melanda sejumlah daerah di Indonesia terkait dengan perbedaan agama, suku atau etnis. 

Adanya keberagaman di negeri ini berpotensi sebagai pemicu konflik yang mengarah pada kekerasan, penyerangan, perusakan, pembakaran, penganiayaan, penangkapan dan intimidasi. 

Akibat keanekaragaman kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat multikultural Indonesia sering dijumpai berbagai masalah, seperti kesenjangan dalam aspek kemasyarakatan, kesenjangan dalam sosiogeografis, kesenjangan perekonomian, kesenjangan antara mayoritas, minoritas, pribumi, dan non pribumi serta berbagai konflik sosial yang berbau Suku Agama Ras dan Antargolongan(SARA).

Sifat-sifat toleransi inilah yang seharusnya disuarakan oleh setiap elemen baik itu pemuka agama, kepala suku bahkan Ketua RT sampai dengan presiden, sebab kenyataan ini menjadikan suatu tantangan baru bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan masyarakat multikultural yang damai. 

Upaya membangun Indonesia yang multikultural dapat dilakukan dengan cara dan langkah yang tepat seperti menyebarkan konsep toleransi secara luas dan memahamkan akan pentingnya multikulturalisme bagi bangsa Indonesia. 

Mendorong keinginan bangsa Indonesia pada tingkat nasional maupun lokal untuk mengadopsi dan menjadi pedoman hidupnya hingga membentuk kesamaan pemahaman diantara para ahli mengenai makna multikulturalisme dan bangunan konsep-konsep yang mendukungnya berbagai upaya dilakukan untuk dapat mewujudkan cita-cita ini.

Akan tetapi mudahnya bersikap toleransi yang ditulis dalam teori tidak sama dengan kenyataan. Buktinya sampai saat ini masih ada pemimpin atau politisi masih menghunakan politik identitas, mengacu pada sekelompok orang dengan identitas ras, agama, etnis, sosial atau budaya yang sama berusaha untuk mempromosikan kepentingan atau kepentingan khusus mereka sendiri.

Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu adanya sifat-sifat intoleransi dikarenakan politisi yang melakukan politik identitas sering kali akan memprioritaskan kelompoknya bahkan mengesampingkan kelompok masyarakat lainnya. Ini akan menjadi terus berlanjut sehingga membuat perpecahan di masyarakat.

Maka dari itu, penulis berharap supaya pemerintah secara masif melakukan upaya dalam mengatasi intoleransi dan radikalisme yaitu memberikan pengetahuan mengenai intoleransi dan radikalisme, menanamkan nilai-nilai pancasila, dan bijak dalam menggunakan media sosisial dan segera menindak tegas oknum yang masih menyebarkan sifat intoleransi.

Dan bagi pembaca mari sama-sama menyebarkan semangat toleransi mulai dari hal-hal kecil. Menerima perbedaan itu indah dan damai.(***)

 




Komentar Anda



Terkini Lainnya

Ketua Komisi III DPRD Tanjabbar: Musrenbang Momentum Dengarkan Aspirasi Masyarakat

TANJABBAR – Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Tanjung Jabung Barat dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN), Albert Chaniago, SP, turut hadir dalam Musyawarah P

Advertorial

Suprayogi Syaiful Bacakan Naskah Deklarasi Badan Kongres Rakyat Jambi

TANJABBAR - Semangat perjuangan bersama dalam membangun daerah tergambar jelas dalam peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Provinsi Jambi ke-68 yang berlangsung khi

Advertorial

RESES ANGGOTA DPRD TANJABBAR

TANJABBAR - Memasuki masa Reses ke-II tahun sidang 2024/2025, Anggota DPRD Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar) dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mari

Advertorial

Ketua Komisi III Tanjabbar Kunjungi Pasien di RSUD Daud Arif

TANJABBAR - Bentuk kepedulian terhadap masyarakat kembali ditunjukkan Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjab Barat), Albert Chaniago, S.P.

Advertorial

Ketua Komisi III DPRD Tanjabbar Hadiri Rakor Penyelesaian Jalan Lintas Serdang–Sungai Dungun

TANJABBAR - Ketua Komisi III DPRD Tanjabbar (Tanjabbar), Albert Chaniago, S.P., menghadiri rapat koordinasi terkait penyelesaian permasalahan jalan Lintas

Advertorial


Advertisement