Program Konversi Gas untuk Nelayan Tidak Berkelanjutan


Kamis, 15 Juni 2017 - 11:20:30 WIB - Dibaca: 1534 kali

Ilustrasi/net / HALOSUMATERA.COM

KUALATUNGKAL - Pilot Project Penggunaan LGV, konversi bahan bakar minyak ke bahan bakar gas bagi nelayan di Tanjungjabung Barat (Tanjabbar) yang telah diresmikan Wakil Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswoutomo pada 2013 silam, tidak berkesinambungan.

Buktinya, sampai saat ini para nelayan di Tanjabbar masih tetap melaut dengan menggunakan bahan bakar minyak (solar). Sementara 300 konverter kit yang dibagikan kepada nelayan, tidak terpakai lagi.

Mengenai hal ini, kedua kepala bidang di Dinas Kelautan Perikanan (DKP) Tanjab Barat yang dikonfirmasi awak media saling lempar dalam memberikan keterangan mengenai konversi BBM tersebut.

‎Prasojo, Kabid pengembangan produksi menyebutkan, bukan dirinya lagi yang menangani masalah ini, akan tetapi di bidang pengembangan produksi yakni H Halking.

Di ruangan kerjanya, H. Halking yang dibincangi wartawan justru ‎berkata sebaliknya.

"Dulu iya, sekarang itu di bidangnya Pak Prasojo," sebutnya singkat.‎

Seperti diketahui, Susilo Siwoutomo Wakil kementerian ESDM yang datang ke Tanjabbar empat tahun silam memberikan bantuan 300 konverter kit, konversi BBM ke BBG untuk nelayan.

Kebutuhan konverter kit untuk nelayan di Tanjabbar saat itu mencapai 1.477 unit. Pembagian konverter kit sebanyak 300 konverter dari Kementerian ESDM akan dibagikan secara bertahap sedangkan 200 konverter kit dari PetroChina dibagikan secara langsung.

“Kalau 300 dari kami, 200 dari Petro China, sisanya 900-an lagi. Saya minta SKK Migas tolong usahakan untuk membagi 300 konveter kit, sisanya yang 600 konverter kit akan dicarikan oleh pemda setempat,” ujar Wamen ESDM, dalam siaran persnya,pada Senin (08/07/2013).

Pada saat itu, Susilo menyebutkan Konversi BBM ke BBG merupakan program prioritas Nasional. Pemerintah akan terus melaksanakan konversi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG). 

Pemanfaatan energi saat ini masih sangat tergantung kepada minyak bumi, ketergantungan yang tinggi terhadap minyak bumi sangat membahayakan karena selain ketersediaanya terbatas dan semakin sulit dicari harganya terus meningkat.

“Pemanfaatan minyak bumi juga memberatkan anggaran negara karena besarnya subsidi yang diberikan. Karena itulah konversi BBM ke BBG merupakan sebuah solusi,” kata Susilo waktu itu.(*)

Penulis : Son

Editor    : Andri Damanik




Komentar Anda



Terkini Lainnya

Ditintelkam Polda Jambi Bagi-bagikan Bendera ke Pedagang dan Anggota Tani Merdeka Jambi

JAMBI – Menyambut HUT RI ke 80, Polda Jambi melalui Ditintelkam Polda Jambi membagi-bagikan bendera merah putih kepada pedagang di Pasar Pakubuwono dan Pasar

Berita Daerah

Tabligh Akbar Meriahkan HUT RI dan Hari Jadi ke-60 Tanjabbar, Hadirkan Ustaz Nasional Fikri Zainuddi

TANJABBAR – Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia dan Hari Jadi ke-60 Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Pemerintah Kabupaten Tanju

Advertorial

Bupati Tanjab Barat Buka Lomba Balap Pompong, Lestarikan Tradisi Bahari dan Dongkrak Wisata Daerah

TANJABBAR – Masih dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia dan Hari Jadi ke-60 Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Bupati Drs. H. Anwar

Advertorial

Kolaborasi untuk Lingkungan Bersih, Bupati Tanjab Barat Ikut Gotong Royong Serentak

TANJABBAR - Usai memimpin apel pelepasan, Bupati Tanjung Jabung Barat, Drs. H. Anwar Sadat, M.Ag, langsung bergabung dalam kegiatan gotong royong serentak yang

Advertorial

Bupati Anwar Sadat Buka Lomba Panjat Pinang, 60 Batang Disiapkan untuk Warga

TANJABAR – Bupati Tanjung Jabung Barat Drs. H. Anwar Sadat, M.Ag secara resmi membuka lomba panjat pinang dalam rangka memeriahkan HUT ke-80 Republik Indonesi

Advertorial


Advertisement